THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 23 Maret 2011

Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi anak berkebutuhan khusus temporer dan permanen. Anak berkebutuhan khusus permanen meliputi :
1. Anak dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra)
Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra) adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihataan sedemikian rupa, sehingga membutuhkaan layanan khusus dalam pendidikan maupun kehidupannya.
Layanan khusus dalam pendidikan bagi mereka, yaitu dalam membaca menulis dan berhitung diperlukan huruf Braille bagi yang buta, dan bagi yang sedikit penglihatan diperlukan kaca pembesar atau huruf cetak yang besar, media yang dapat diraba dan didengar atau diperbesar. Di samping itu diperlukan latihan orientasi dan mobilitas.
Untuk mengenali mereka, kita dapat melihat ciri-ciri sebagai berikut:
1) Kurang melihat (kabur), tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 m.
2) Kesulitan mengambil benda kecil didekatnya.
3) Tidak dapat menulis mengikuti garis lurus.
4) Sering meraba-raba dan tersandung waktu berjalan,
5) Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik kering.
6) Tidak mampu melihat.
7) Peradangan hebat pada kedua bola mata,
8) Mata bergoyang terus 1.3. Keterbatasan anak tunanetra :
1. Keterbatasan dalam konsep dan pengalaman baru.
2. Keterbatasan dalam berinteraksi dalam lingkungan.
3. Keterbatasan dalam mobilitas.
Kebutuhan pembelajaran anak tunanetra
Karena keterbatasan anak tunanetra seperti tersebut di atas maka pembelajaran bagi mereka mengacu pada prinsif- prinsif sebagai beikut:
1. Kebutuhan akan pengalaman konkrit.
2. Kebutuhan akan pengalaman yang terintegrasi.
3. Kebutuhan dalam berbuat dan bekerja dalam belajar

Media belajar anak tunanetra dikelompokan menjadi dua yaitu:
1. Kelompok buta dengan media penulisan braille.
Kelompok low vision dengan media tulisan awas yang dimodifikasi [misalnya tipe hurup diperbesar dan penggunaan alat pembesar].
2. Anak dengan Gangguan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal. Walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar, mereka masih tetap memerlukan layanan pendidikan khusus.
Ciri-ciri anak tunarungu adalah sebagai berikut :
1. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar.
2. Banyak perhatian terhadap getaran.
3. Terlambat dalam perkembangan bahasa
4. Tidak ada reaksi terhadap bunyi atau suara,
5. Terlambat perkembangan bahasa,
6. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,
7. Kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara,
3. Anak dengan Gangguan Intelektual (Tunagrahita)
Tingkat kecerdasan seseorang diukur melalui tes inteligensi yang hasilnya disebut dengan IQ (intelligence quitient). Tingkat kecerdasan biasa dikelompokkan ke dalam tingkatan sebagai berikut:
1. Tunagrahita ringan memiliki IQ 70-55
2. Tunagrahita sedang memiliki IQ 55-40
3. Tunagrahita berat memiliki IQ 40-25
4. Tunagrahita berat sekali memiliki IQ <25
Ciri-ciri fisik dan penampilan anak tungrahita :
1. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar,
2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
3. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan
4. Kordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali)
4. Anak dengan Gangguan Gerak Anggota Tubuh (Tunadaksa)
engertian anak Tunadaksa bisa dilihat dari segi fungsi fisiknya dan dari segi anatominya.
Dari segi fungsi fisik, tunadaksa diartikan sebagai seseorang yang fisik dan kesehatanya terganggu sehingga mengalami kelainan di dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program dan layanan pendidikan khusus. Peristilahan dalam kelumpuhan dibagi menurut daerah kelumpuhannya. Kelumpuhan sebelah badan disebut hemiparalise, kelumpuhan kedua anggota gerak bawah disebut paraparalise.

Ciri-ciri anak tunadaksa dapat di lukiskan sebagai berikut :
1. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,
2. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/ lebih kecil dari biasa,
3. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali, bergetar)
4. Terdapat cacat pada anggota gerak,
5. Anggota gerak layu, kaku,lemah/lumpuh,
5. Anak dengan gangguan Prilaku dan Emosi (Tunalaras)
Anak dengan gangguan prilaku (Tunalaras) adalah anak yang berperilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan emosi dan sosial atau keduanya, sehingga merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan, maka dalam mengembangkan potensinya memerlukan pelayanan dan pendidikan secara khusus.
Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan prilaku) memiliki ciri-ciri:
1. Cenderung membangkang
2. Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
3. Sering melakukan tindakan agresif,merusak,mengganggu
4. Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum
5. Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah sering bolos jarang masuk sekolah
6. Anak dengan Kecerdasan Tinggi dan Bakat Istimewa (Gifted and Tallented)
Anak yang memiliki potensi kecerdasan tinggi (giftted) dan Anak yang memiliki Bakat Istimewa (talented) adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment ) di atas anak-anak seusianya ( anak normal ), sehingga untuk mengoptimalkan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak cerdas dan berbakat istimewa disebut sebagai ”gifted & talented children”.
Anak berbakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Membaca pada usia lebih muda, lebih cepat, dan memiliki perbendaharaan kata yang luas
2. Memiliki rasa ingin tahu yang kuat, minat yang cukup tinggi
3. Mempunyai inisiatif, kreatif dan original dalam menunjukkan gagasan
4. Mampu memberikan jawaban-jawaban atau alasan yang logisi, sistimatis dan kritis
5. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
6. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati,
7. Senang mencoba hal-hal baru,
8. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi, Mempunyai daya imajinasi dan ingatan yang kuat,
9. Senang terhadap kegiaan inelektual dan pemecahan- pemecahan masalah,
10. Cepat menangkap hubungan sebabakibat,
11. Tidak cepat puas atas prestasi yang dicapainya
12. Lebih senang bergaul dengan anak yang lebih tua usianya.
13. Dapat menguasai dengan cepat materi pelajaran
7. Anak Lamban Belajar ( Slow Learner)
Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah anak normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 80-85). Dalam beberapa hal anak ini mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi, tetapi lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita. Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama disbanding dengan sebayanya. Sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan khusus.
Ciri-ciri yang dapat diamati pada anak lamban belajar:
1. Rata-rata prestasi belajarnya rendah (kurang dari 6),
2. Menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya,
3. Daya tangkap terhadap pelajaran lambat,
4. Pernah tidak naik kelas.
8. Anak Berkesulitan Belajar Spesifik
Anak berkesulitan belajar adalah individu yang mengalami gangguan dalam suatu proses psikologis dasar, disfungsi sistem syaraf pusat, atau gangguan neurologis yang dimanifestasikan dalam kegagalan-kegagalan nyata dalam: pemahaman, gangguan mendengarkan, berbicara, membaca, mengeja, berpikir, menulis, berhitung, atau keterampilan sosial. Kesulitan tersebut bukan bersumber pada sebab-sebab keterbelakangan mental, gangguan emosi, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, atau karena kemiskinan, lingkungan, budaya, ekonomi, ataupun kesalahan metode mengajar yang dilakukan oleh guru.
Ciri-ciri anak berkesulitan belajar spesifik:
Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
1. Kesulitan membedakan bentuk,
2. Kemampuan memahami isi bacaan rendah,
3. Sering melakukan kesalahan dalam membaca
Anak yang mengalami kesulitan menulis (disgrafia)
1. Kalau menyalin tulisan serng terlambat selesai.
2. Sering salah menulis hurup b dengan p, p dengan q,v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,
3. hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,
4. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
5. Menulis huruf dengan posisi terbalik (p ditulis q atau b)
9. Anak Autis
Autis dari kata auto, yang berarti sendiri, dengan demikian dapat diartikan seorang anak yang hidup dalam dunianya. Anak autis cenderung mengalami hambatan dalam interaksi, komunikasi, perilaku sosial.
Anak autis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mengalami hambatan di dalam bahasa
2. Kesulitan dalam mengenal dan merespon emosi dengan isyarat sosial
3. Kekakuan dan miskin dalam mengekspresikan perasaan
4. Kurang memiliki perasaan dan empati
5. sering berperilaku diluar kontrol dan meledak-ledak
6. Secara menyeluruh mengalami masalah dalam perilaku
7. kurang memahami akan keberadaan dirinya sendiri
8. keterbatasan dalam mengekspresikan diri
9. Berprilaku monoton dan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan
Kebutuhan Pembelajaran Anak Autis:
Anak autis membutuhkan pembelajaran khusus antara lain sebagai berikut:
1. Perlukan adanya pengembangan strategi untuk belajar dalam seting kelompok
2. Perlu menggunakan beberapa teknik di dalam menghilangkan perilaku-perilaku negatif yang muncul dan mengganggu kelangsungan proses belajar secara keseluruhan (stereotip)
3. Guru perlu mengembangkan ekspresi dirinya secara verbal dengan berbagai bantuan
4. Guru terampil mengubah lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi anak, sehingga tingkah laku anak dapat dikendalikan pada hal yang diharapkan.

2.Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementra (Temporer)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang yang mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperekosa sehingga anak ini tidak dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementra tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi akan menjadi permanent. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang disesuikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi anak ini tidak perlu dilayani di sekolah khusus. Di sekolah biasa banyak sekali anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus yang bersifat temporer, dan oleh karena itu mereka memerlukan pendidikan yang disesuiakan yang disebut pendidikan kebutuhan khusus.
Bentuk-bentuk hambatan belajar yang dapat teridentifikasi akibat dari keadaan seperti itu misalnya, anak tidak memiliki keberaian untuk bertanya mesikipun ada yang ingin ia tanyakan kepada gurnya, tidak bisa menyatakan bahwa dia tidak mengerti sesuatu karena takut, tidak dapat mengikuti intruksi, tidak dapat mengemukakan pendapat atau keinginan secara lisan karena tidak berani. Anak-anak seperti ini tidak mungkin dapat belajar dengan benar. Faktor eksternal lainnya yang dapat menjadi hambatan belajar bagi seorang anak seperti, pengalaman belajar di kelas yang sangat keras dan sangant kompetitif, pengalaman belajar di kelas yang terlalu mudah, sehingga tidak ada tantangan untuk belajar lebih lanjut, pembelajaran yang tidak sesuai dengan gaya belajar anak, kurikulum yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak secara personal , dan ketidaktersediaan sumber belajar dan media pembelajaran.

0 komentar: