THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 12 November 2011

Karakteristik Budaya Sekolah

(Suasana, Iklim, Kebiasaan, Produk, Peran, Output)

1. Pengertian Budaya Sekolah
budaya sekolah adalah sistem makna untuk membina mental agar pemikiran dan tindakan karyawan berdasarkan pada pertimbangan moral dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, budaya sekolah dapat didefinisikan sebagai berikut :Seperangkat asumsi yang dibangun dan dianut bersama oleh organisasi sebagai moral dalam beradaptasi dengan lingkungan eksternal dan proses integrasi internal.
Seperangkat asumsi dimaksud adalah filosofi, nilai-nilai, norma-norma, keyakinan, ide, mitos, dan karya yang terintegrasi untuk mengarahkan perilaku organisasional. Seperangkat asumsi tersebut merupakan isi budaya sekolah yang berkaitan dengan apa yang difikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh semua karyawan. Isi budaya adalah moral yaitu watak organisasi yang mengutamakan nilai-nilai kebaikan yang harus diterima dan disepakati untuk menjadi roh kehidupan organisasi.
Sebagai moral, bentuk dari budaya dapat berupa pemikiran tindakan dan atau hasil kerja yang di dasari oleh nilai- nilai baik untuk menjadi ciri sekolah.Budaya sekolah akan berpengaruh besar terhadap kehidupan disekolah, meskipun tidak selamanya berdampak positif. Budaya yang memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan sekolah adalah budaya yang kuat. Hal ini dapat terjadi ketika seluruh jajaran disekolah tersebut sepakat tentang nilai – nilai tertentu yang menjadi dasar dari tindakan anggota dan sekolah sebagai organisasi.
Budaya yang kuat akan terwujud dalam berbagai jenis atau tipe. Akhir – akhir ini ada keyakinan bahwa budaya yang kuat dan sesuai dengan tuntutan perkembangan dunia pada umumnya adalah budaya adaptif. Sekolah sebagai Budaya yang demikian antara lain ditandai oleh adanya perhatian yang tinggi terhadap stakeholders dan menghargai orang atau proses yang dapat membuat perubahan. Untuk dapat melakukan hal itu sekolah harus dapat melayani semua pihak di dalam sekolah dan percaya kepada pihak lain di luar sekolah.

2. Karakteristik Budaya Sekolah
2.1 Pengertian Karakteristik Budaya Sekolah
Karakteristik secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, yaitu berasal dari kata character. Arti character sendiri adalah watak, sifat, dan peran. Karakter bisa diartikan sebagai suatu sifat ataupun ciri-ciri yang khusus (yang membedakannya dengan yang lain). Characteristic adalah sifat yang khas, yaitu sebuah keistimewaan atau ciri khas yang membantu dalam mengenal sesuatu, memisahkannya dengan yang lain, atau mendeskripsikan secara jelas dan nyata; sebuah tanda yang berbeda.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, budaya (cultural) diartikan sebagai: pikiran; adat istiadat; sesuatu yang sudah berkembang; sesuatu yang menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Dalam pemakaian sehari-hari, orang biasanya mengasumsikan pengertian budaya dengan tradisi (tradition). Dalam hal ini, tradisi diartikan sebagai ide-ide umum, sikap dalam kebiasaan dari masyarakat yang nampak dari perilaku sehari-hari yang menjadi kebiasaan dari kelompok dalam masyarakat tersebut.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian Karakteristik budaya sekolah adalah sifat yang khas daris sekolah meliputi nilai nilai, norma, sikap, mitos, kontrol koordinasi dan motivasi, etika, dan kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam perjalanan panjang suatu sekolah yang lebih menekankan pada penghayatan segi-segi simbolik, tridisi, riwayat sekolah yang kesemuannya akan membentuk keyakinan, kepercayaan diri dan kebanggaan akan sekolahnya.

2.2 Suasana Sekolah
a) Konsep Suasana Sekolah
Menciptakan suasana sekolah yang kondusif merupakan hal penting untuk mendukung upaya pendidikan bagi siswa. Namun tidaklah mudah, banyak aspek-aspek terkait didalamnya.Suasana sekolah yang kondusif merupakan hal yang perlu diwujudkan oleh warga sekolah jika menginginkan keberhasilan dalam proses pendidikan di sekolah.

b) Aspek-aspek dalam Suasana Sekolah
Aspek yang terkait dengan upaya penciptaan suasana lingkungan sekolah yang kondusif meliputi dua aspek, yaitu;
i. Aspek Statis
Aspek statis merupakan aspek yang bersifat tetap, tidak banyak berubah dalam jangka waktu yang relatif lama.Aspek statis meliputi 5 aspek, yaitu visi dan misi sekolah, program atau kegiatan sekolah, tata tertib sekolah, sarana dan prasarana sekolah, serta taman atau tempat bermain atau melakukan kegiatan olahraga.
Visi dan Misi sekolah merupakan hal penting yang harus ada dalam suatu lembaga pendidikan, tak terkecuali sekolah. Ingin menjadi seperti apa sekolah nantinya merupakan hal yang terlihat pada visi sekolah. Berlandaskan pada visi dan misi sekolah inilah, maka dibuat Program atau kegiatan sekolah, yang merupakan unsur kedua aspek statis dalam upaya penciptaan suasana sekolah yang kondusif. Program atau kegiatan sekolah ini hendaknya disusun bersama-sama seluruh warga sekolah, jadi tidak hanya oleh kepala sekolah.
Unsur aspek statis yang ketiga adalah tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah memuat apa saja hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh warga sekolah, disertai sanksi atau hukuman yang akan diberikan jika tata tertib tersebut dilanggar. Tata tertib sekolah hendaknya diketahui oleh seluruh warga sekolah, begitu juga sanksi yang jelas dan tegas harus diberikan terhadap siapapun pihak yang melanggar.
Tersedianya sarana prasarana sekolah menjadi unsur aspek keempat yang mempengaruhi upaya penciptaan suasana sekolah yang kondusif. Semakin lengkap sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah, maka kemungkinan proses pendidikan berjalan dengan lebih baik juga besar. Unsur aspek statis terakhir yang berpengaruh terhadap penciptaan suasana sekolah yang kondusif adalah tersedianya taman atau tempat bermain dan melakukan kegiatan olahraga. Taman yang bersih, terawat dan tertata rapi akan memberikan efek asri dan menyenangkan untuk dipandang.

ii. Aspek Dinamis.
Aspek dinamis memiliki arti mudah dipengaruhi dan cepat berubah dalam waktu yang relatif singkat. Aspek dinamis ini meliputi unsur keteladanan, tata pergaulan, dan suasana belajar di kelas.
Unsur aspek dinamis keteladanan besar pengaruhnya terhadap penciptaan suasana sekolah yang kondusif, karena pada dasarnya peserta didik bisa meniru dan menilai terhadap kinerja guru dan kepala sekolah yang dilihatnya.
Unsur aspek dinamis yang kedua adalah tata pergaulan. Masalah tata pergaulan disini terutama meliputi pergaulan guru dengan siswa, guru dengan guru, dan siswa dengan siswa. Sekarang sudah bukan jamannya lagi sosok guru yang otoriter terhadap siswanya sehingga siswa juga takut bergaul dengan gurunya. Unsur yang terakhir adalah suasana belajar di kelas. Unsur ini berkaitan sekali dengan kemampuan guru untuk mengajar di kelas, bagaimana upaya guru menciptakan suasana belajar di kelas yang menyenangkan sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan lebih cepat dan mudah

2.3 Iklim Sekolah
a) Pengertian Iklim Sekolah
Keadaan atau suasana sekolah yang tenang dan nyaman, sesuai untuk proses pengajaran dan pembelajaran dianggap sebagai mempunyai iklim sekolah yang berkesan.
Halpin dan Croft (1963) yang merupakan perintis dalam kajian iklim sekolah mengatakan bahawa iklim sekolah menggambarkan personalitiseseorang individu sendiri dan bagaimana guru tersebut berusaha untuk mencapai tahap organisasi iklim sekolah berkenaan.
Howard (1974)mendeļ¬nisikan iklim sekolah sebagai keadaan sosial dan budaya sekolah itu yang mempengaruhi tingkah laku orang di dalamnya.
Pusat Perkembangan 5 Ciri Iklim Sekolah BerkesanKurikulum (1981) mendeļ¬nisikan iklim sekolah sebagai suasana sekolah yangbaik di mana keadaan persekitarannya dirasakan selesa, tenteram, mesra, riangdengan pembelajaran yang lancar.
Menurut Paula F. Silver(1983:180) iklim sekolah (sosial sekolah) dibentuk oleh hubungan timbal balik antara perilaku kepala sekolah dan perilaku guru sebagai suatu kelompok dimana perilaku kepala sekolah dapat mempengaruhi interaksi interpersonal para guru. Dengan demikian, dinamika kepemimpinan kepala sekolah dengan kelompok(guru dan staf) dipandang sebagai kunci untuk memahami variasi iklim sekolah dan setiap variasi tersebut akan memberi dampak pada variasi kinerja yang dilakukan oleh seluruh anggota organisasi sekolah.
Interaksi antara perilaku guru yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik dan perilaku kepala sekolah berkaitan dengan implementasi kepemimpinannya dalam mengelola sekolah, akan menentukan iklim sekolah. Iklim sekolah yang baik dan kondusif bagi kegiatan pendidikan akan menghasilkan interaksi edukatif yang efektif, demikian juga iklim sekolah yang memberikan ruang bagi kreativitas dan inovasi akan mendorong para guru untuk berkinerja kreatif dan inovatif, sehingga upaya pencapaian tujuan pendidikan sekolah akan berjalan dengan baik. Keadaan sebaliknya akan terjadi jika iklim sekolah tidak kondusif bagi perwujudan kinerja yang efektif, kreatif, dan inovatif.
Interaksi antara Perilaku Kepala Sekolah dengan Perilaku Guru
iklim sekolah berkaitan dengan bagaimana interaksi antara pemimpin/kepala sekolah dengan guru-guru. Interaksi tersebut membentuk suatu iklim sekolah tertentu dari yang terbuka sampai dengan iklim yang tertutup. Penekanan lebih ditujukan pada aspek interaksi sosial guru dan kepala sekolah dari suatu organisasi sekolah sebagai pembentuk suatu iklim sekolah. Interaksi sosial dalam suatu sekolah dalam kenyataannya tidak terbatas pada guru dan kepala sekolah, tapi juga terjadi antara guru dan staf, guru dan siswa, kepala sekolah dengan siswa serta interaksi antara sekolah dengan masyarakat. Oleh karena itu, iklim sekolah mempunyai cakupan yang luas berkaitan dengan seluruh perilaku organisasi yang terjadi di sekolah.
Iklim sekolah merupakan hal yang penting bagi kegiatan pembelajaran, proses pembelajaran yang terjadi pada dasarnya merupakan suatu bentuk interaksi dalam konteks organisasi sekolah, dan interaksi tersebut merupakan media dan sekaligus akibat dari suatu iklim organisasi sekolah. Iklim tersebut akan mendasari sikap dan perilaku kerja anggota organisasi sekolah termasuk guru dalam menjalankan tugasnya. Iklim organisasi bersifat dinamis, bisa berubah sesuai dengan kondisi yang terjadi di dalamnya. Upaya untuk memperbaiki kinerja organisasi dapat dilakukan dengan melakukan perubahan dalam iklim organisasi. Perubahan yang terjadi dalam iklim organisasi sekolah tergantung pada pola hubungan kerja individu dalam organisasi serta pelaksanaan pekerjaan oleh para pegawai, perubahan dalam pendekatan pembelajaran, managemen kelas serta bagaimana mekanisme pengambilan keputusan akan mempengaruhi iklim sekolah yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas pendidikan.
b) Dimensi-dimensi iklim sekolah
Iklim sekolah pada dasarnya menggambarkan aspek lingkungan sekolah yang menjadi tempat bagi mereka yang terlibat di dalamnya untuk bekerja sesuai dengan peran dan tugasnya masing-masing. Lingkungan tersebut dpat berbentuk fisik ataupun lingkungan psikologis dan atau sosial. Terdapat 4 aspek lingkungan sekolah yang membentuk iklim sekolah, yaitu:
(1) A physical environment that is welcoming and condusive to learning
(2) A sosial environment that promotes communication and interaction
(3) An aeffective envirinment that promotes a sense of belonging and self- esteem
(4) An academic environment that promotes learning and self-fullfillment
Lingkungan fisik menggambarkan bagaimana situasi dan kondisi tata ruang yang kondusif untuk belajar. Lingkungan sosial berkaitan dengan komunikasi dan interkasi. Lingkungan afektif berkaitan dengan penumbuhan rasa memiliki dan harga diri. Lingkungan akademik meningkatkan belajar dan pemenuhan diri.

2.4 Kebiasaan Sekolah
a) Pembentukan Kebiasaan Sekolah
Kebiasaan Sekolah terbentuk karena penanaman dan penumbuhkembangan nilai kebiasaan yang dilakukan melalui berbagai didaktik metodik pendidikan dan pengajaran. Seperti pendidikan, pengarahan, indoktrinasi, brain washing dan lain sebagainya sehingga dapat memberi petunjuk, warna, dan gaya pada diri setiap individu sekolah, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja mereka. Lebih khusus lagi kebiasaan sekolah yang tercermin dari budaya sekolah dalam bentuk mitos, ritual, kebiasaan, simbolisme, kepercayaan, dan sebagainya menjadi pengikat bagi setiap siswa yang akan menimbulkan motivasi dan semangat belajar serta kreatifitas mereka.
b) Karakteristik peran kultur sekolah
Menurut Djemari (2003) karekteristik peran kultur sekolah berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga yakni :
i. Bernilai Strategis
Kultur yang dapat berimbas dalam kehidupan sekolah secara dinamis. Misalnya memberi peluang pada warga sekolah untuk bekerja secara efisien, disiplin dan tertib. Kultur sekolah merupakan milik kolektif bukan milik perorangan, sehingga budaya sekolah dapat dikembangkan dan dilakukan oleh semua warga sekolah.
ii. Memiliki Daya Ungkit
Kultur yang memliki daya gerak akan mendorong semua warga sekolah untuk berprestasi, sehingga kerja guru dan semangat belajar siswa akan tumbuh bilamana dipacu dan di dorong, dengan dukungan budaya yang memiliki daya ungkit yang tinggi. Misalnya kinerja sekolah dapat meningkat jika disertai dengan imbalan yang pantas, penghargaan yang cukup, dan proporsi tugas yang seimbang. Begitu juga dengan siswa akan meningkat semangat belajranya, bila mereka diberi penghargaan yang memadai, pelayanan yang prima, serta didukung dengan sarana yang memadai.
iii. Berpeluang Sukses
Budaya yang berpeluang sukses adalah budaya yang meiliki daya ungkit dan memiliki daya gerak yang tinggi. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa keberhasilan dan rasa mampu untuk melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya budaya gemar membaca. Budaya membaca di kalangan siswa akan dapat mendorong mereka untuk banyak tahui tentang berbagai macam persoalan yang mereka pelajari di lingkungan sekolah. Demikian juga bagi guru mereka semakin banyak pengetahuan yang diperolah, tingkat pemahaman semakin luas, semua ini dapat berlangsung jika disertai dengan kesadaran, bahwa mutu/ kualitas yang akan menentukan keberhasilan seseorang.

2.5 Produk Sekolah
Hasil-hasil sekolah dalam kerangka pendekatan sistem, merupakan salah satu komponen penting, di samping input proses dan lingkungan eksternal. Outcomes dari suatu proses pendidikan, dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:
a. Jangka pendek ( immediate or short term )
b. Jangka panjang ( long range )
c. Gabungan atau insidental ( joint or incidental )

Hasil proses pendidikan jangka pendek, meliputi:
a) Penilaian pengembangan intelektual yang di dalamnya mencakup keberhasilan akademik, keinginan untuk tahu, dan kreativitas.
b) Penilaian terhadap sikap pengembangan sosial, yang mencakup hubungan antar pribadi, tanggung jawab sosial, dan kewargaan sekolah.
c) Penilaian terhadap pengembangan pribadi, yang mencakup integritas moral, kesehatan jasmani dan emosi.
d) Penilaian terhadap pengembangan kemampuan kejujuran seperti kepedulian karier, kejuruan, dan ketrampilan tertentu.
Ada beberapa cara untuk mengukur hasil – hasil pendidikan jangka pendek, yaitu mempergunakan berbagai cara: tes keberhasilan, demonstrasi penampilan ketrampilan, dan yang paling baik melalui pencatatan dan pengamatan.

Hasil proses pendidikan jangka panjang dapat dilihat pada para siswa:
a. Penampilan yang lebih dalam mengabdikan diri pada diri mereka sendiri dan masyarakat, baik secara individual maupun sebagai anggota keluarga.
b. Sebagai pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi yang produktif.
c. Sebagai pemimpin dan innovator.
d. Sebagai kontributor dalam bidang kebudayaan.
e. Sebagai warga yang berpartisipasi.
Beberapa indikasi yang dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan hasil – hasil pendidikan jangka panjang, yaitu:
a. Aktivitas dalam pemerintahan dan kehidupan sosial
b. Perilaku hak untuk memilih
c. Catatan kerja
d. Kepuasan pribadi dan kehidupan yang bermanfaat dalam masyarakat.

Terakhir hasil pendidikan yang merupakan gabungan atau bersifat insidental:
a. Terjadi sebagai hasil yang tidak direncanakan
b. Terjadi apakah program itu diminta atau tidak diminta
c. Merupakan hasil kerjasama ( joint ) proses pendidikan
Contoh: semangat yang tinggi dari staff dan siswa.
Semangat yang tinggi bukan merupakan satu tujuan pokok suatu sekolah. Tetapi hal ini berpengaruh terhadap penampilan staf dan siswa. Walaupun demikian masalah semangat tinggi tersebut, memerlukan perhatian khusus dari kepala sekolah ( Wahjosumidjo, 2010 ).


2.6 Peran Budaya Sekolah
1) Pengertian Peran Budaya Sekolah
Budaya mempunyai kaitan dan peran terhadap berbagai aspek kehidupan sekolah secara menyeluruh. Schein (1989) dalam definisinya secara tegas menggambarkan tentang fungsi utama budaya sekolah yaitu untuk adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan proses integrasi internal.
Secara spesifik budaya memiliki lima peran:
1. Budaya memberikan rasa memiliki identitas dan kebanggaan bagi karyawan, yaitu menciptakan perbedaan yang jelas antara organisasinya dengan yang lain.
2. Budaya mempermudah terbentuknya komitmen dan pemikiran yang lebih luas daripada kepentingan pribadi seseorang.
3. Memperkuat standart perilaku organisasi dalam membangun pelayanan superior pada pelanggan.
4. Budaya menciptakan pola adaptasi.
5. Membangun sistem kontrol organisasi secara menyeluruh.
Budaya yang kuat berperan dalam dua hal, pertama mengarahkan perilaku. Karyawan mengerti bagaimana harus bertindak dan apa yang diharapkan dari mereka. Kedua, budaya yang kuat memberi karyawan pengertian akan tujuan dan membuat mereka berpikiran positif terhadap sekolah. Mereka mengerti apa yang ingin dicapai sekolah dan bagaimana cara membantu sekolah mencari sasaran tersebut.

2) Pihak yang terlibat dalam peran budaya sekolah
a. Kepala Sekolah
Dalam budaya sekolah, peran seluruh stakeholder termasuk di dalamnya adalah guru dan kepala sekolah bersifat sangat penting. Sekolah adalah lembaga yang bersifat komplek dan unik. Bersifat komplek karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik, menunjukkan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi lain. Peranan kepala sekolah dalam menggerakkan kehidupan sekolah untuk mencapai tujuan sangat penting. Pertama kepala sekolah berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan sekolah. Kedua kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi keberhasilan sekolah, serta memiliki kepedulian kepada staf dan siswa.
secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
b. Guru
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam melahirkan sumber daya manusia masa depan bangsa yang berkualitas. Tugas utama seorang guru adalah mengajar. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus selalu menghindarkan diri dari kegiatan untuk memberikan tugas – tugas tambahan di luar tugas pokok, agar tugas pokok guru tidak terganggu.
Tugas pokok guru:
1.1 Menyusun program pengajaran, menyajikan program pengajaran, evaluasi belajar, analisis hasil – hasil evaluasi, serta menyusun program perbaikan dan pengayaan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
1.2 Menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Kedua rumusan di atas memberikan indikasi bahwa setiap pelaksanaan tugas mengajar dan memberikan bimbingan harus selalu diawali dengan suatu program yang telah direncanakan dengan matang.







Kesimpulan

1. Budaya sekolah didefinisikan sebagai seperangkat asumsi yang dibangun dan dianut bersama oleh organisasi sebagai moral dalam beradaptasi dengan lingkungan eksternal dan proses integrasi internal.
2. Karakteristik budaya sekolah adalah sifat yang khas daris sekolah meliputi nilai nilai, norma, sikap, mitos, kontrol koordinasi dan motivasi, etika, dan kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam perjalanan panjang suatu sekolah yang lebih menekankan pada penghayatan segi-segi simbolik, tridisi, riwayat sekolah yang kesemuannya akan membentuk keyakinan, kepercayaan diri dan kebanggaan akan sekolahnya.
3. Aspek yang terkait dengan upaya penciptaan suasana lingkungan sekolah yang kondusif meliputi dua aspek yaitu Aspek Statis , Aspek Dinamis.
4. Dinamika kepemimpinan kepala sekolah dengan kelompok(guru dan staf) dipandang sebagai kunci untuk memahami variasi iklim sekolah dan setiap variasi tersebut akan memberi dampak pada variasi kinerja yang dilakukan oleh seluruh anggota organisasi sekolah.
5. Kebiasaan Sekolahterbentuk karena penanaman dan penumbuhkembangan nilai kebiasaan yang dilakukan melalui berbagai didaktik metodik pendidikan dan pengajaran. Seperti pendidikan, pengarahan, indoktrinasi, brain washing dan lain sebagainya sehingga dapat memberi petunjuk, warna, dan gaya pada diri setiap individu sekolah, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja mereka.
6. Hasil-hasil sekolah dalam kerangka pendekatan sistem, merupakan salah satu komponen penting, di samping input proses dan lingkungan eksternal. Outcomes dari suatu proses pendidikan, dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: Jangka pendek ( immediate or short term ), Jangka panjang ( long range ), Gabungan atau insidental ( joint or incidental )
7. Budaya mempunyai kaitan dan peran terhadap berbagai aspek kehidupan sekolah secara menyeluruh. Schein (1989) dalam definisinya secara tegas menggambarkan tentang fungsi utama budaya sekolah yaitu untuk adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan proses integrasi internal.

0 komentar: