THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 12 November 2011

Pembentukan Budaya Sekolah

1. Pengertian Budaya Sekolah
Budaya sekolah pada dasarnya sama dengan budaya organisasi. Secara umum sebenarnya budaya sekolah atau budaya organisasi tidak berbeda dengan budaya masyarakat yang sudah dikenal selama ini. Perbedaan pokok terletak pada lingkupnya, sehingga kekhususan budaya sekolah berakar dari lingkupnya, dalam hal ini lebih sempit dan lebih spesifik. Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, kebiasaan, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, staf, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah.
Deal dan kennedy (Depdiknas, 2003:3) mendefinisikan kultur sekolah sebagai keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan sebagai warga sekolah. Dapat dipahami bahwa budaya sekolah adalah sistem makna untuk membina mental agar pemikiran dan tindakan karyawan yang didasarkan pada pertimbangan moral dapat dipertanggungjawabkan. Kultur sekolah berkaitan dengan visi yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam mengembangkan sekolahnya di masa yang akan datang. Kultur/budaya sekolah dibangun dari pemikiran-pemikiran manusia yang ada dalam sekolah tersebut. Pemikiran yang paling besar porsinya adalah pemikiran kepala sekolah. Dari pemikiran tersebut kemudian menghasilkan apa yang disebut dengan suatu pemikiran organisasi, yang kemudian diyakini bersama dan akan menjadi bahan utama pembentuk budaya sekolah. Budaya sekolah yang diterapkan oleh pihak sekolah dalam lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian siswa terutama dalam hal kedisiplinan dan kujujuran siswa. Dengan adanya budaya sekolah diharapkan siswa memiliki karakter yang baik dalam melakukan setiap tindakan untuk membentuk generasi penerus yang memiliki kepribadian.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kewujudan Budaya Sekolah
Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami masyarakat dan kelompok manusia untuk waktu yang lama. Dalam mewujudkan budaya sekolah yang kondusif, perlu adanya faktor-faktor yang mempengaruhi terwujudnya budaya sekolah, yaitu:
a. Faktor menghambat pembentukan budaya sekolah
Faktor penghambat dalam pembentukan budaya disiplin di sekolah, diantaranya yaitu:
• Siswa itu sendiri
Siswa yang memiliki masalah pribadi baik di rumah ataupun di sekolah dapat menghambat penerapan budaya sekolah, karena sikap siswa yang malas terhadap berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pembentukan budaya sekolah. Sehingga pembentukan budaya sekolah tidak berjalan dengan baik.
• Manajemen sekolah
Manajemen sekolah yang kurang disiplin merupakan salah satu penghambat pembentukan budaya sekolah, karena budaya sekolah dapat terlaksana dengan baik karena adanya manajemen sekolah yang kondusif dan bentuk perhatian kepala sekolah dan komite sekolah dalam menerapkan budaya sekolah.
• Guru
Guru yang kurang memiliki sikap disiplin dan tanggung jawab tinggi dapat mengakibatkan pembentukan budaya sekolah terkendala, karena siswa akan mengikuti kebiasaan guru yang kurang baik daripada melihat kebiasaan baik guru, sehingga guru diharapkan dapat menanamkan budaya sekolah yang baik terhadap peserta didik.
b. Faktor pendukung pembentukan budaya sekolah
Faktor pendukung dalam pembentukan budaya disiplin di sekolah, diantaranya yaitu:
• Sarana prasarana
Adanya sarana prasarana yang cukup menunjang dalam proses pembelajaran dapat digunakan untuk membentuk budaya sekolah, karena sarana prasarana dapat mempengaruhi penerapan budaya sekolah yang menyenangkan dan sarana prasarana adalah bentuk media pembelajaran siswa.

• Lingkungan yang kondusif
Terbentuknya lingkungan kondusif karena adanya bentuk kerjasama atau kekompakan yang baik antara warga sekolah, sehingga dalam menerapkan dan menjalankan budaya sekolah dapat dijalankan dengan baik.
• Peran orang tua
Peran orang tua adalah salah satu pendukung terbentuknya budaya sekolah yang baik. Bentuk perhatian orang tua terhadap anak merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan budaya sekolah yang kondusif. Selain itu diharapkan orang
tua siswa dapat menerapkan pola asuh yang tepat untuk anak-anaknya dalam rangka membentuk karakter anak yang lebih baik lagi, dan terus memberikan dukungan kepada anak dalam menjalankan budaya disiplin dimanapun anak berada.

3. Peran Budaya Sekolah
Budaya mempunyai kaitan dan peran terhadap berbagai aspek kehidupan di sekolah secara menyeluruh. Fungsi utama budaya yaitu untuk adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan proses integrasi internal.
Secara spesifik budaya memiliki lima peran, yaitu:
• Budaya memberikan rasa identitas dan kebanggaan bagi karyawan yaitu menciptakan perbedaan yang jelas antara organisasi satu denagn yang lain.
• Budaya mempermudah terbentuknya komitmen dan pemikiran yang lebih luas daripada kepentingan pribadi seseorang.
• Budaya memperkuat standar perilaku organisasi dalam membangun pelayanan superior pada pelanggan.
• Budaya menciptakan pola adaptasi.
• Budaya membangun sistem kontrol organisasi secara menyeluruh.
Fungsi-fungsi budaya sekolah merupakan kekuatan yang menggerakkan dan mengendalikan perilaku anggotanya dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Budaya yang kuat berperan dalam dua hal, pertama, mengarahkan perilaku, karyawan mengerti bagaimana harus bertindak dan apa yang diharapkan dari mereka. Kedua, budaya yang kuat memberi karyawan pengertian akan tujuan, dan membuat mereka berfikir positif terhadap sekolah. Budaya berfungsi sebagai perekat yang menyatukan organisasi.
Budaya sekolah yang dibangun oleh para pendiri merupakan jiwa bagi anggota-anggotanya, oleh karena itu para pendiri secara moral harus memberi keteladanan kepada seluruh stakeholder agar budaya yang dibangun dapat menjadi moral dalam proses keorganisasian. Secara alami, budaya sekolah sulit untuk dipahami karena tidak berwujud, implisit, dan dianggap sesuatu yang biasa. Budaya dalam proses keorganisasian menjadi dasar dari desain organisasi yang mencakup tujuan, struktur, teknologi, dan pola pengelolaan.
Budaya sekolah berpengaruh besar terhadap kehidupan di sekolah, meskipun tidak selamanya berdampak positif. Budaya yang memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan sekolah adalah budaya yang kuat. Hal ini dapat terjadi ketika seluruh jajaran di sekolah tersebut sepakat tentang nilai-nilai tertentu yang menjadi dasar dari tindakan anggota dan sekolah sebagai organisasi pada sisi lain, tidak tertutup kemungkinan bahwa budaya sekolah mungkin saja belum benar-benar terbentuk atau sudah terbentuk tetapi belum ada. Agar hal tersebut dapat diwujudkan, dibutuhkan setidaknya dua kondisi yaitu komitmen pada nilai-nilai yang dianut dan share nilai pada anggota organisasi atau sekolah tersebut. Keselarasan nilai-nilai organisasi dengan anggota sebagai individu akan memperkuat budaya sekolah sebagai organisasi.
Budaya yang kuat akan terwujudkan dalam berbagai jenis atau tipe. Sekolah sebagai sebuah organisasi akan mengalami berbagai persoalan bila tidak dapat menyesuaikan dengan perkembangan di luar sekolah dan perkembangan dunia pada umumnya. Budaya yang demikian antara lain di tandai oleh adanya perhatian yang tinggi terhadap stakeholder dan menghargai orang atau proses yang dapat membuat perubahan. Untuk dapat melakukan hal itu maka sekolah harus dapat melayani semua pihak di dalam sekolah dan percaya kepada pihak lain di luar sekolah. Sasaran pengembangan budaya sekolah adalah terwujudnya budaya sekolah yang kondusif dan bermutu untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah.

4. Proses Pembentukan Budaya Sekolah
Suatu budaya pada hakikatnya adalah sebuah fenomena kelompok. Untuk menelaah proses terbentuknya budaya organisasi tidak dapat lepas dari dukungan kelompok. Dalam suatu organisasi (lembaga pendidikan), budaya dapat dipahami sebagai berikut:
• Pertama, tindakan yaitu keyakinan dan tujuan yang dianut bersama yang dimiliki oleh anggota organisasi yang potensial membentuk perilaku mereka dan bertahan lama meskipun sudah terjadi pergantian anggota. Dalam lembaga pendidikan misalnya, budaya ini berupa saling menyapa, saling menghargai, toleransi dan lain sebagainya.
• Kedua, norma perilaku yaitu cara berperilaku yang sudah lazim digunakan dalam sebuah organisasi yang bertahan lama karena semua anggotanya mewariskan perilaku tersebut kepada anggota baru. Dalam lembaga pendidikan, perilaku ini antara lain berupa semangat untuk selalu giat belajar, selalu menjaga kebersihan, bertutur sapa, dan berbagai perilaku mulia lainnya.
Dalam organisasi sekolah, pada hakikatnya terjadi interaksi antar individu sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing dalam rangka mencapai tujuan bersama. Tatanan nilai yang telah dirumuskan dengan baik berusaha diwujudkan dalam berbagai perilaku keseharian melalui proses interaksi yang efektif. Dalam rentang waktu yang panjang, perilaku tersebut akan membentuk suatu pola budaya tertentu yang unik antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Hal inilah yang pada akhirnya menjadi karakter khusus suatu lembaga pendidikan yang sekaligus menjadi pembeda dengan lembaga pendidikan lainnya.
Melalui proses interaksi yang efektif, hal lain yang tidak kalah penting dalam pembangunan infrastruktur sekolah adalah membangun dan membentuk budaya di sekolah. Ada tiga kultur yang harus dibentuk di sekolah, diantaranya yaitu:
• Budaya bersih
Guru harus betul-betul menanamkan budaya bersih sejak siswa mulai masuk di sekolah. Karena jika budaya kebersihan sudah melekat, maka pikiran dan hati akan menjadi bersih pula, yaitu baik bersih lahir ataupun bersih batin
• Budaya saling menghargai, menghormati, dan hidup harmonis
Budaya saling menghargai, menghormati dan hidup harmonis adalah salah satu budaya yang harus dibentuk dalam sekolah. Budaya ini, harus ditekankan sejak dini agar tidak ada lagi tradisi kekerasan khususnya di lingkungan sekolah.
• Budaya keilmuan
Diharapkan dari budaya keilmuan para tenaga pendidik dapat menanamkan rasa penasaran secara intelektual kepada para siswanya. Karena, dengan ini akan menumbuhkan sikap objektif, inovatif, dan produktif kepada para siswa.
penanaman budaya disiplin sekolah di awali dengan pembuatan visi, misi, dan tujuan sekolah yang disusun bersamaan dengan pembuatan KTSP. Dari visi, misi, dan tujuan sekolah tersebut, maka budaya sekolah dapat dibentuk. Penyusunan visi, misi dan tujuan sekolah melibatkan stakeholder yang ada. Penerapan budaya sekolah tersebut juga diberlakukan kepada warga sekolah. Budaya sekolah yang harus diterapkan yaitu budaya kedisiplinan. Budaya kedisplinan tertuang dalam tata tertib sekolah, yang diberlakukan terhadap seluruh warga sekolah.

5. Implementasi Budaya Sekolah
Implementasi budaya sekolah adalah proses yang terintegrasi dalam sebuah sistem sosial, yang merupakan sosialisasi. Robbins (1998) mengatakan bahwa sosialisasi merupakan proses adaptasi karyawan terhadap budaya yang diciptakan oleh organisasi.
Implementasi budaya terdiri dari dua tahap pokok, yaitu pembelajaran dan adaptasi. Tahap pembelajaran adalah waktu dimana karyawan belajar tentang pola kehidupan organisasi. Karyawan mempelajari berbagai aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas serta perilaku organisasional. Tahap adaptasi merupakan waktu dimana karyawan sudah melakukan penyesuaian terhadap sistem keorganisasian sebuah proses. Proses adaptasi karyawan melalui berbagai cara, yaitu keteladanan dari pemimpinan, penokohan yaitu cerita tentang para pendahulu dalam membesarkan sekolah, rutinitas, simbol dan slogan atau kredo (Poerwanto, 2008).
a. Keteladanan
Keteladanan adalah tindakan dan pemikiran-pemikiran seseorang dalam mengimplemantasikan sesuatu yang telah menjadi keharusan secara benar, yang dapat ditiru atau menjadi model-model peran yang nyata bagi karyawan.
b. Penokohan
Cerita tentang tokoh adalah bagian dari kehidupan manusia dan mempunyai makna serta manfaat bagi massa depan baik secara individu maupun organisasi. Cerita adalah tradisi yang merupakan salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan nilai-nilai, tata cara, anggapan maupun prestasi dari waktu ke waktu dan merupakan salah satu media pendidikan.
c. Rutinitas
Rutinitas dalam organisasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui struktur dan nonstruktur. Struktur organisasi membakukan komunikasi organisasi yang menunjukkan tentang bagaimana tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasi secara formal. Sedangkan nonstruktur adalah kegiatan-kegiatan sosial sekolah yang dilakukan berkenaan dengan pembentukan identitas dan kebanggaan.
d. Simbol dan Slogan
Simbol adalah obyek atau tindakan yang memberi arti bagi sekolah yang dapat berupa logo, materi atau tindakan yang didalamnya mengandung filosofi. Simbol merupakan salah satu objek dalam membangun identitas sekolah, menuntun dan menyatukan pemikiran serta perilaku karyawan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam tugas maupun di masyarakat.
Simbol sekolah terdiri dari berbagai bentuk yang setiap satuan bentuk serta warna memiliki arti dan nilai yang merupakan cermin dari filosofi sekolah. Simbol dapat berbentuk gabungan dari berbagai objek seperti logo, gedung, maupun tindakan yang memiliki karakteristik yang dilakukan secara kontinyu.
Slogan atau sering disebut kredo adalah kata-kata atau kalimat yang mengekspresikan suatu nilai bagi sekolah secara singkat dan mempunyai makna khusus bagi organisasi secara keseluruhan. Karyawan harus menerima sebagai suatu hal yang dapat mengikat secara psikologis maupun sosiologis.
Pembentukan budaya dan iklim sekolah, budaya dan iklim sekolah dibentuk dengan cara:
a. Menghargai hasil permusyawarahan
Semua guru yang mengalami kendala atau permasalahan dalam melaksanakan kegiatan sekolah harus bisa menyelesaikan dalam bentuk musyawarah untuk mendapatkan nilai kesepakatan yang diinginkan, karena dengan melakukan kegiatan musyawarah permasalah bisa terselesaikan dengan baik tanpa ada permusuhan dan adanya musyawarah bisa menghargai hasil yang telah disepakati.
b. Mengamalkan nilai kesejawatanan
Di dalam sebuah organisasi manusia tidak bekerja seorang diri, apa pun tugas dan peranannya seseorang itu tetap memerlukan bantuan orang lain. Sehingga peran teman sejawat sangat diperlukan dalam pembentukan budaya sekolah.
c. Guru-guru berkeyakinan tinggi
Guru-guru yang memiliki dedikasi tinggi terhadap pendidikan sangat dibutuhkan dalam pembentukan budaya sekolah, karena budaya berawal dari kebiasaan guru dalam kegiatan sehari-hari yang ditirukan oleh siswa.
d. Ada komitmen yang tinggi
Komitmen adalah satu sikap diri yang ditunjukkan dalam segala tingkah laku dan cara berfikir seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Komitmen yang tinggi terhadap kelangsungan organisasi dan kebajikan siswa, misalnya dapat dilihat dari perilaku guru yang datang ke sekolah lebih awal, mengajar dengan semangat tinggi. Orang-orang yang berkomitmen tinggi juga senantiasa dapat mematuhi dan menepati norma-norma organisasi atau masyarakat.

Kesimpulan
Iklim dan budaya organisasi mempunyai keterkaitan hubungan, iklim yang baik akan mendorong tumbuhnya budaya yang baik pula. Sebaliknya budaya yang baik akan membentuk iklim sekolah yang kondusif. Budaya organisasi mengacu pada keyakinan bersama, sikap dan tata hubungan serta asumsi-asumsi yang secara eksplisit atau implisit dapat diterima dan digunakan oleh seluruh anggota organisasi untuk mengahadapi lingkungan luar dalam mencapai tujun-tujuan organisasi. Dalam hal ini, budaya organisasi mempunyai pengaruh penting terhadap motivasi. Apabila budaya organisasi diaplikasikan pada lingkungan manajemen organisasi sekolah, maka lahirlah konsep budaya manajemen sekolah.
Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, kebiasaan, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, staf, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Faktor-faktor penghambat pembentukan budaya sekolah diantaranya yaitu, siswa itu sendiri, manajemen sekolah dan guru. Adanya faktor penghambat diharapkan dapat ditunjang dengan adanya faktor pendukung pembentukan budaya sekolah, diantaranya yaitu sarana prasarana, kondisi lingkungan dan peran orang tua. Karena adanya faktor pendukung, budaya sekolah dapat diterapkan dengan baik.

0 komentar: