THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 12 November 2011

Klasifikasi Budaya Sekolah

A. Pengertian Budaya Sekolah
Istilah “budaya” mula-mula datang dari disiplin ilmu Antropologi Sosial. Apa yang tercakup dalam definisi budaya sangatlah luas. Istilah budaya dapat diartikan sebagai totalitas pola perilaku, kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan pemikiran manusia yang mencirikan kondisi suatu masyarakat atau penduduk yang ditransmisikan bersama.
Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, di mana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu kegiatan tentang cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah.
Menurut Deal dan Peterson (1999), budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas.
Aan Komariah (2004 : 102) mengartikan budaya sekolah sebagai karakteristik khas sekolah yang dapat didefinisikan melalui nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan yang ditunjukkan oleh seluruh personel sekolah yang membentuk satu kesatuan khusus dari sistem sekolah.
Sekolah sebagai suatu organisasi, memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan pendidikan, dan perilaku orang-orang yang berada di dalamnya.
Sebagai suatu organisasi, sekolah menunjukkan kekhasan, yaitu pembelajaran. Budaya sekolah semestinya menunjukkan kapabilitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan.
Konsep budaya sekolah masuk ke dalam pendidikan itu pada dasarnya sebagai upaya untuk memberikan arah tentang efisiensi lingkungan pembelajaran, lingkungan dalam hal ini dapat dibedakan dalam dua hal (1) lingkungan yang sifatnya alami sesuai dengan budaya siswa dan guru, (2) lingkungan artificial yang diciptakan oleh guru atau hasil interaksi antara guru dengan siswa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah.

B. Tujuan Budaya Sekolah
Berangkat dari berbagai pengertian tentang budaya sekolah, dapat dipahami bahwa budaya sekolah adalah sistem makna untuk membina mental agar pemikiran dan tindakan karyawan didasarkan pada pertimbangan moral dan dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu bertujuan untuk penuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah.

C. Fungsi Budaya Sekolah
Budaya sekolah yang terpelihara dengan baik, mampu menampilkan perilaku iman, takwa, kreatif, inovatif, dan dapat bergaul harus terus dikembangkan. Manfaat yang dapat diambil dari budaya demikian adalah dapat menjamin hasil kerja dengan kualitas yang lebih baik, membuka seluruh jaringan komunikasi, keterbukaan, kebersamaan, kegotongroyongan, kekeluargaan, menemukan masalah dan cepat memperbaiki, cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di luar (faktor eksternal seperti teknologi, sosial, ekonomi, dll (Triguno : 2000 : 9).
Budaya sekolah memiliki fungsi dan peran yang penting dalam meningkatkan mutu sekolah termasuk kualitas sumber daya yang dimiliki sekolah, sebab budaya sekolah akan memberi dukungan dan identitas terhadap sekolah serta membentuk kerangka kerja bagi kegiatan pembelajaran. Budaya sekolah yang positif sangat kondusif memberi kontribusi bagi kelancaran pelaksanaan kurikulum. Oleh sebab itu sekolah perlu memperhatikan dan mengusahakan budaya sekolah yang positif.
Fungsi budaya sekolah yang lain adalah membantu warga sekolah memahami persekitaran sekolah (Yulk,1994) dan membantu warga sekolah membina identitas mereka sendiri (Deal & Kennedy, 1983).

D. Klasifikasi Budaya Sekolah
1. Klasifikasi budaya sekolah, berdasarkan usaha peningkatan kualitas pendidikan.
Djemari Mardapi (2003) membagi unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau dari usaha peningkatan kualitas pendidikan sebagai berikut :
a. Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan, misalnya kerjasama dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen terhadap belajar.
b. Kultur sekolah yang negatif
Kultur sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan, misalnya dapat berupa: siswa takut salah, siswa takut bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama dalam memecahkan masalah.
c. Kultur sekolah yang netral
Kultur sekolah yang netral adalah kultur yang tidak berfokus pada satu sisi namun dapat memberikan konstribusi positif tehadap perkembangan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini bisa berupa arisan keluarga sekolah, seragam guru, seragam siswa dan lain-lain.

2. Klasifikasi budaya sekolah berdasarkan kategori
Hedley Beare mendeskripsikan unsur-unsur budaya sekolah dalam dua kategori, yakni :
a. Budaya yang dapat diamati
Berupa konseptual yaitu struktur organisasi, kurikulum, behavior (perilaku) yaitu kegiatan belajar mengajar, upacara, prosedur, peraturan dan tata tertib, material yaitu fasilitas dan perlengkapan.
b. Budaya yang tidak dapat diamati
Berupa filosofi yaitu visi, misi serta nilai-nilai, yaitu kualitas, efektivitas, keadilan, pemberdayaan dan kedisiplinan. Dalam mengkaji budaya sekolah lebih difokuskan pada hal-hal yang tidak dapat diamati, khususnya nilai-nilai sebagai inti budaya. Lebih dari itu nilai merupakan landasan bagi pemahaman, sikap dan motivasi serta acuan seseorang atau kelompok dalam memilih suatu tujuan atau tindakan. (Davis dalam Tjahjono, 2003:11).

3. Klasifikasi budaya sekolah berdasarkan model
Dalam praktik di lapangan, ada tiga model budaya sekolah, yang satu dengan yang lain dapat dibedakan (Spahier & King, 1984 [as cited in Butler & Dickson, 1987]).
a. Budaya sekolah birokratis (bureaucratic school culture).
Model budaya sekolah ini antara lain ditunjukkan adanya budaya yang menekankan adanya petunjuk dari atasan. Kebijakan sekolah mengikuti arahan dari atasan, dan oleh karena itu para guru lebih banyak mengikuti arahan tersebut. Pendidik juga kurang dapat berinteraksi dengan orangtua siswa dan masyarakat, karena semua harus mengikuti peraturan dan ketentuan dari atasan.

b. Budaya sekolah racun (toxic school culture).
Dalam model ini, peserta diddik dipandang sebagai masalah daripada sebagai pihak yang harus dilayani. Bentuk-bentuk kekerasan guru terhadap siswa yang sering kita dengar akhir-akhir ini merupakan hasil dari budaya sekolah yang seperti ini. Sama dengan pada model budaya sekolah yang birokratis, budaya sekolah racun ini juga malah jarang memberikan kesempatan kepada pendidik untuk memberikan masukan terhadap upaya pemecahan masalah yang terjadi di sekolah.

c. Budaya sekolah kolegial (collegial school culture).
Sekolah sangat memberikan apresiasi dan rekognisi terhadap peran dan dukungan dari semua pihak. Kejujuran dan komunikasi antar warga sekolah dapat berlangsung secara efektif. Semua penyelenggaraan sekolah direncanakan, dilaksanakan secara demokratis, dalam suasana penuh kolegial.

4. Klasifikasi budaya sekolah berdasarkan tujuan
a. Budaya bersih. Kita tanamkan harus betul-betul tanamkan itu kepada para siswa. Karena jika budaya kebersihan sudah melekat, sehingga akan tertular pada pikiran dan hati yang bersih
b. Budaya saling menghargai, menghormati dan hidup harmonis. Budaya ini, menurutnya, harus ditekankan sejak dini agar tidak ada lagi tradisi kekerasan khususnya di lingkungan sekolah.
c. Budaya keilmuan, dengan mengimbau agar para tenaga pendidik dapat menanamkan rasa penasaran secara intelektual kepada para siswanya. Hal ini akan menumbuhkan sikap objektif, inovatif, dan produktif kepada para siswa.
d. Budaya Sikap/Prilaku, memiliki sikap dan Prilaku yang terpuji serta berbudi luhur, saling menghormati serta tenggang rasa antar sesama.
e. Budaya Disiplin, adanya prodak tata tertib serta peraturan yang di buat sekolah untuk mengikat seluruh sivitas akademika, serta adanya kesadaran seluruh sivitas akademika Sekolah untuk mentaati aturan serta tata tertib yang diterapkan di sekolah.
f. Budaya kerja, menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif serta menjadikannya sebagai tempat yang nyaman untuk belajar, nyaman untuk mengajar, serta nyaman untuk bekerja.
g. Budaya Efisiensi, mengkondisikan seluruh sivitas akademika sekolah untuk efisien terhadap waktu serta penggunaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
h. Budaya Profesional, mengedepankan profesionalitas bagi seluruh sivitas akademika di ligkungan sekolah dengan memberikan kebebasan untuk berimprofisasi dan berkreasi dibidang kerja masing-masing, serta memberikan keleluasaan bagi seluruh sivitas akademika sekolah untuk melaksanakan tugas secara mandiri.

5. Klasifikasi budaya sekolah berdasarkan bentuk kegiatan.
Budaya sekolah yang harus diciptakan agar tetap eksis adalah :
a. Budaya keagamaan (religi) :
Menanamkan perilaku atau tatakrama yang tersistematis dalam pengamalan agamanya masing-masing sehingga terbentuk kepribadian dan sikap yang baik (akhlaqul Karimah) serta disiplin dalam berbagai hal. Misalnya : budaya salam, do’a sebelum/sesudah belajar, sholat dzuhur berjamaah.
b. Budaya kerjasama (team work) :
Menanamkan rasa kebersamaan dan rasa sosial melalui kegiatan bersama, misalnya : MOS, pentas seni, studi banding, pelepasan siswa, seragam sekolah, ekstrakurukuler.
c. Budaya kepemimpinan (leadhership) :
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan keteladanan dari sejak dini, misaknya : budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas, budaya kreatif, mandiri & bertanggung jawab, budaya disiplin, upacara bendera.

6. Berdasarkan jenis
a. Budaya adaptif
Budaya adaptif memiliki cirri-ciri, sebagai berikut:
1) Kreatif.
Sekolah yang memiliki budaya adaptif akan memiliki kreatifitas yang tinggi dalam membuat rancangan program atau kegiatan, merespon persoalan yang muncul dalam memecahkan masalah yang muncul. Kreatifitas ini sangat penting untuk masa-masa yang penuh dengan perubahan seperti sekarang ini.
2) Berani melakukan eksperimentasi
Sejalan dengan kreatifitas yang tinggi, sekolah dengan budaya adaptif juga berani melakukan eksperimen atau mencoba hal-hal baru. Meskipun demikian, eksperimen tidak berarti melakukan coba-coba tanpa terkendali. Sebagai organisasi, eksperimentasi didalamnya dapat dilakukan secara terencan dan sistematis.
3) Berani mengambil keputusan
Konsekuensi dari kreatifitas dan eksperimen adalah resiko. Bagi sebagian orang dan organisasi yang tidak adaptif ada kecendurungan takut mengambil resiko yang bersosialisasi dengan kerugian. Sebaliknya, di balik resiko itu ada keberuntungan yang diperoleh. Disini yang diperlukan adalah memperhitungkan resiko dan keuntungan sekaligus sehingga hasilnya lebih menguntungkan.
4) Mandiri
Kemandirian organisasi mencerminkan adaptabilitasnya karena hal ini menggambarkan otoritas yang dimilikinya. Tanpa kemandirian, sebuah organisasi tidak akan beradpatasi dengan baik, yang terjadi justru sebaliknya yaitu mengikuti dan terikat pada pihak lain.
5) Responsif
Persoalan organisasi tidak sebatas pada persoalan yang ada didalamnya. Saat ini justru terjadi sebaliknya., persoalan di luar organisasi berkembang dengan sangat cepat. Oleh karena itu, untuk bisa dikatakan adaptif sebuah organisasi harus reponsif terhadap persoalan-persoalan di luar dirinya.





b. Budaya Kekeluargaan
Ciri-ciri budaya kekeluargaan, sebagai berikut:
1) Mengedepankan kerjasama
Ciri-ciri kekeluargaan adalah kebersamaan dalam organisasi termanifestasikan sebagai kerjasama. Dari sisi ini, budaya kekeluargaan tidak mengindikasikan kelemahan.
2) Penuh pertimbangan
Ada kecenderungan di dalam budaya kekeluargaan bahwa pertimbangan yang dilakukan mengarah pada tindakan yang sangat hati-hati.
3) Persetujuan bersama
Dalam budaya kekeluargaan keputusan bisa diambil bila semua pihak menyetujui.
4) Kesetaraan
Sejalan dengan kerjasama dan keputusan bersama, posisi anggota dalam organisasi dengan budaya kekeluargaan akan setara
5) Keadilan
Konsep keadilan yang akan diterapkan dalam organisasi dengan budaya kekeluargaan adalah pemerataan

c. Budaya prestasi
Adapun ciri-ciri budaya prestasi adalah sebagai berikut:
1) Berorientasi pada persaingan atau kompetisi
Anggota organisasi dalam budaya ini diberi kesempatan untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin sehingga bisa mengungguli lannya.
2) Mengumpulkan kesempurnaan
Elemen-elemen dalam organisasi juga didorong untuk mencapai kesempurnaan kinerja. Dengan demikian, anggota maupun organisasi dapat tampil dengan kepercayaan diri yang tinggi.


3) Agresif
Budaya prestasi mengarah pada keunggulan dan kemenengan. Untuk mendukung hal itu, diperlukan agresif yang tinggi.
4) Aktif dan rajin
Budaya prestasi mengutamakan keaktifan anggota dan organisasi secara keseluruhan. Orientasi ini diperlukan sebagai persiapan untuk menghasilkan sesuatu dan prestasi yang tinggi.
5) Mendorong munculnya inisiatif anggota
Kekuatan organisasi dengan adanya budaya prestasi adalah kinerja yang tinggi. Salah satu modal pentingnya adalah inisiatif anggota.

d. Budaya Birokrasi
Ciri-ciri budaya ini adalah sebagai berikut:
1) Formalitas hubungan didalam maupun dengan pihak luar sekolah
Sebuah organisasi yang birokratis memiliki struktur dan proses kerja yang jelas dan tidak dapat diubah segera. Hal ini dirancang untuk mengatur pola hubungan yang bak dan formal
2) Mementingkan efesiensi
Pembakuan-pembakuan dan formalitas yang dilakukan dalam organisasi diarahkan untuk mencapai efesiensi.
3) Menekankan rasionalitas
Indikator ini merupakan dasar dari berbagai hal yang ada dalam organisasi, termasuk efesiensi, keteraturan, dan kepatuhan. Artinya, budaya birokrasi didasarkan pada rasionalitas yang kuat.
4) Teratur dan berjenjang
Sejalan dengan kaidah birokrasi, maka keteraturan dan hirarkhi sangat penting
5) Menuntun adanya kepatuhan dari pihak-pihak di bawah pimpinan
Begitu peraturan digariskan dan hirarkhi disepakati, maka anggota organisasi tinggal mengikuti dan pemimpin melakukan kontrol terhadap bawahan dan anggota.

E. Aplikasi Budaya Sekolah
Banyak sekali nilai-nilai sosial budaya yang harus dibangun di sekolah. Sekolah adalah ibarat taman yang subur tempat menanam benih-benih nilai-nilai sosial budaya tersebut. Beberapa contoh aplikasi budaya sekolah dapat dibedakan menjadi :
1. Budaya akademik
• Budaya disiplin
Yaitu dimana siswa tidak diperkenankan masuk kelas bila terlambat dan melakukan pelanggaran tata tertib sekolah.
• Budaya kerja keras
Yaitu siswa dilatih menyelesaikan tugas-tugasnya dengan cepat, dan tepat waktu.
• Mandiri & bertanggung jawab
Yaitu melatih siswa untuk bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain dan bertanggung jawab penuh terhadap tugas yang diberikan guru.
• Mencintai belajar
Mencintai belajar jauh lebih penting ketimbang bersusah payah menghafalkan bahan ajar.
• Mencintai pekerjaan
Pekerjaan adalah bagian penting dari kehidupan ini. Siapa yang tidak bekerja adalah tidak hidup. Oleh karena itu, peserta didik harus diberikan kesadaran tentang pentingnya menghargai pekerjaan.

2. Budaya non akademik
• Budaya salam
Yaitu dimana setiap kali bertemu (guru, siswa dan orang tua) saling mengucapkan salam dan berjabat tangan
• Budaya bersih
Yaitu adalah kegiatan kebersihan sekolah dan kebersihan diri sendiri,
• Budaya Kreatif
Yaitu melatih siswa menciptakan inovasi sesuai bakat dan minatnya.

• Etika
Etika atau akhlakul karimah adalah tata aturan untuk bisa hidup bersama dengan orang lain.
• Kejujuran
Semua warga sekolah harus dilatih berbuat jujur, mulai jujur kepada dirinya sendiri, jujur kepada Tuhan, jujur kepada orang lain.
• Kasih sayang
Kasih sayang telah melahirkan kepercayaan. Kepercayaan menghasilkan kepercayaan, dan kepercayaan akan menghasilkan kewibawaan.
• Menghormati hukum dan peraturan
Kita mengormati hukum dan peraturan atas dasar kesadaran bahwa hukum dan peraturan itu adalah kita buat untuk kebaikan hidup kita.
• Menghormati hak orang lain
Penghargaan kepada orang lain tidak boleh melihat perbedaan status sosial, ekonomi, agama, dan budaya.
• Suka menabung
• Ekstrakurikuler
Yaitu kegiatan non akademik yang memberi wadah /kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing.








Kesimpulan dan Saran
Budaya sekolah merupakan sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah sistem makna untuk membina mental agar pemikiran dan tindakan karyawan didasarkan pada pertimbangan moral dan dapat dipertanggung jawabkan.
Budaya sekolah memiliki fungsi dan peran yang penting dalam meningkatkan mutu sekolah termasuk kualitas sumber daya yang dimiliki sekolah, sebab budaya sekolah akan memberi dukungan dan identitas terhadap sekolah serta membentuk kerangka kerja bagi kegiatan pembelajaran.
Budaya sekolah mempunyai beberapa klasifikasi diantaranya Klasifikasi budaya sekolah berdasarkan usaha peningkatan kualitas pendidikan, berdasarkan kategori, berdasarkan model, berdasarkan tujuan, berdasarkan bentuk kegiatan, dan berdasarkan jenis.
Banyak sekali nilai-nilai sosial budaya yang harus dibangun di sekolah. Sekolah adalah ibarat taman yang subur tempat menanam benih-benih nilai-nilai sosial budaya tersebut.
Sebagai warga sekolah seharusnya menjunjung tinggi budaya sekolah yang telah diciptakan, dengan menjaga kekhasan sekolah masing-masing. Masing-masing komponen harus saling mendukung dan mengkaitkan peran masing-masing untuk bersatu menciptakan suatu budaya sekolah yang dikagumi masyarakat.

0 komentar: